Tinggi pendek badan sesorang dipercaya ada hubungannya dengan ancaman risiko penyakit. Penelitian telah menunjukkan beberapa penyakit dipengaruhi oleh ketinggian seseorang.
Meski tidak sepenuhnya terjawab kenapa penyakit tertentu ada hubungannya dengan tinggi badan, namun para ahli percaya tinggi badan memang memainkan peran dalam penyakit tertentu.
Hingga kini ilmuwan masih mencoba menemukan jawabannya bagaimana postur tubuh berisiko lebih besar untuk penyakit tertentu.
Namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan, selama Anda melakukan diet seimbang, mengasup nutrisi yang tepat dan menerapkan gaya hidup sehat, maka itu menjadi kunci kebugaran dan kesehatan tubuh sampai tua.
Seperti dikutip buzzle, Minggu (20/10/2013), berikut penyakit-penyakit si orang tinggi dan orang pendek:
Penyakit Orang Tinggi
1. Kanker
Para peneliti menemukan setiap tambahan 10 cm tinggi badan maka akan berisiko adanya kanker pada ginjal, rektum, darah atau tiroid yang meningkat dari sebesar 23% menjadi 29%. Sedangkan risiko kanker kulit, payudara, ovarium atau kanker usus besar naik 13% sampai 17% .
Studi lain yang dipublikasikan pada 2008 dalam the Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention journal, menyebutkan bahwa laki-laki yang lebih tinggi berisiko terkena kanker prostat agresif.
Para ilmuwan percaya orang yang lebih tinggi memiliki lebih banyak jumlah sel dan organ dalam tubuhnya yang lebih banyak dan besar sehingga berada pada risiko yang lebih tinggi.
Cedera di Peregangan
Karena tulang yang panjang, orang yang lebih tinggi lebih rentan terhadap cedera di peregangan. Ini karena orang yang tinggi perlu menyesuaikan diri dengan peralatan yang lebih banyak dirancang untuk orang dengan tinggi badan rata-rata.
Akibatnya, orang yang tinggi lebih mungkin cedera di peregangan seperti mengalami Carpal Tunnel Syndrome yang disebabkan oleh tekanan saraf di pergelangan tangan. Lalu terkena Epicondylitis dan tendonitis atau peradangan pada tendon antara tulang dan otot. Serta nyeri punggung bawah yang juga sering dialami orang dengan postur tinggi.
Cedera karena trauma
Menurut penelitian, orang-orang yang tingginya lebih dari 6 kaki (183 cm), sebanyak 27% berpotensi terluka dalam kecelakaan mobil dibanding orang yang tingginya di bawah 6 kaki.
Tinggi badan mereka membuatnya lebih rentan terhadap luka serius dalam kecelakaan atau kejadian traumatis lainnya. Apalagi perangkat pelindung yang ada lebih banyak dirancang untuk orang dengan tinggi rata-rata sehingga tidak optimal bekerja pada orang-orang yang tinggi.
Penyakit orang pendek
Kardiovaskular
Studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal menemukan orang yang lebih pendek makin banyak yang berisiko terkena penyakit jantung. Kajian pada 52 studi yang melibatkan penelitian pada 3 juta orang baik pria maupun wanita, menemukan 50% orang yang berisiko terkena penyakit jantung adalah yang berbadan pendek.
Stroke
Stroke lebih umum ditemukan pada orang-orang yang lebih pendek. Sebuah studi di Israel yang dipublikasikan dalam American Heart Association Journal menyebutkan pria pendek berisiko 54% lebih tinggi terkena stroke dibandingkan laki-laki tinggi.
Apakah ini karena gizi, masalah hormon atau hubungan antara berbagai kondisi lingkungan masih terus diteliti. Yang menakjubkan, kenapa stroke ditemukan pada orang yang lebih pendek.
Alzheimer
Studi tahun 2007 yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease menemukan pria yang tingginya lebih dari 178 cm, 59% berisiko lebih rendah terkena penyakit Alzheimer dibandingkan yang tingginya kurang 168 cm.
Menurut asosiasi Alzheimer's, hampir 5,2 juta orang Amerika terkena Alzheimer. Risiko penyakit ini meningkat di usia tua, meskipun faktor keturunan juga menjadi risiko utama terkena penyakit ini.
Kini Anda tak perlu iri dan resah lagi melihat rekan Anda yang bertubuh langsing. Sebab, kondisi bugar ternyata lebih memengaruhi umur panjang, ketimbang semata-mata memiliki tubuh langsing.
Dalam suatu pengkajian yang berlangsung selama 8 tahun dan melibatkan 22.000 pria, National Institute On Aging di AS menemukan, pria yang langsing tapi secara aerobik tidak bugar, lebih mungkin meninggal karena serangan jantung ketimbang pria yang kelebihan berat badan tapi selalu berolahraga secara teratur.
"Kelangsingan bukanlah jaminan memiliki kesehatan yang baik. Tapi kebugaran lebih penting dalam meramalkan kematian," ujar pimpinan survei, Steven N. Blair, P.Ed., dari Cooper Institute for Aerobics Research sebagaimana dikutip Men's Health, Selasa (22/10/2013).
Jadi, mari berhenti meratapi kegendutan tubuh, dan mulai membiasakan diri berlari atau berjalan kaki, sekarang juga.
Pria yang bercerai dua kali lebih mungkin untuk bunuh diri ketimbang pria yang masih bertahan dalam perkawinan. Tapi, perceraian itu sendiri ternyata tidak ikut mempengaruhi risiko bunuh diri pada wanita.
Begitu menurut Dr. Augustine J. Kposowa dari University of California di Riverside, yang menulis laporan pada Journal of Epidemiology and Community Health.
Kposowa mengkaji kaitan antara bunuh diri dan status perkawinan dari 472.000 pria dan wanita. Antara tahun 1979 hingga 1989, ia mendapati 545 orang yang melakukan bunuh diri.
"Pria memiliki kemungkinan melakukan bunuh diri 4,8 kali lebih besar dibanding wanita," tulis Kposowa, Selasa (22/10/2013).
Ditambahkan, perceraian meningkatkan kemungkinan dua kali lipat untuk melakukan bunuh diri pada pria. Sedang pada wanita, status perkawinan tidak ada kaitannya dengan tindakan bunuh diri itu.
Kposowa menduga, perbedaan itu terkait dengan bentuk jaringan sosial di luar perkawinan yang lebih kuat dan lebih berarti, yang dimiliki wanita dan tidak dimiliki pria.
"Wanita punya bentuk komunikasi yang lebih baik. Mereka mungkin lebih mendapatkan dukungan moral, dukungan sahabat dan handai taulan yang dapat mereka ajak bicara. Di lain pihak, pria kurang memiliki dukungan sosial seperti itu," tambah Kposowa.
Jadi, supaya lebih kuat dan tidak ada keinginan bunuh diri, tidak usah gengsi. Belajarlah dari wanita.
Demi membuat tubuh dan dada seorang pria lebih berisi dan tegap, sebuah perusahaan pakaian dalam pria di Inggris mengenalkan 'Push-up Bra' khusus untuk pria.
Menurut News, Sabtu (26/10/2013), 'Push-up Bra' ini diciptakan untuk membuat dada pria lebih berisi yang mungkin bila dengan olahraga membutuhkan waktu yang lama.
Kabar baiknya, T-shirt 'Push-up Bra' ini sudah bisa Anda dapatkan di situs funkybod.com dengan harga 50 dolar atau sekitar Rp 550 ribu dalam warna putih, hitam dan abu-abu.
Sebelumnya, produsen pakaian dalam Wacoal juga sempat mengeluarkan push up bra untuk wanita. Dalam sebuah iklannya, push up bra diklaim bisa menaikkan payudara secara alami. Bahkan seorang wanita tidak perlu khawatir lagi jika payudaranya benar-benar rata.
Pria yang ingin jumlah spermanya meningkat, luangkah waktu Anda satu jam saja. Dengan berolahraga selama satu jam sudah bisa menambah jumlah sperma Anda.
Demikian hasil penelitian di Harvard University. Dalam penelitian tersebut, pria yang berolahraga berat selama 7 jam per minggu bisa memperkuat spermanya sebesar 43 persen, ketimbang pria yang hanya berolahraga satu jam atau kurang dalam seminggu.
Seperti dikutip MensHealth, Rabu (23/10/2013), Peneliti Audrey Gaskins mengatakan, olahraga teratur bisa meningkatkan enzim antioksidan seluruh tubuh pria dan melindunginya dari oksigen reaktif yang bisa merusak sel sperma.
Berkeringat juga bisa meningkatkan kadar testosteron dan sensitivitas insulin, yang keduanya membantu dalam produksi sperma.
Namun, jangan memperbanyak jumlah sperma dengan bersepeda. Pada penelitian tersebut, bersepeda merupakan satu-satunya aktivitas fisik yang menurunkan sperma. Pria yang menghabiskan waktunya selama 90 menit dalam seminggu atau lebih di kursi sepeda memiliki sperma 34 persen lebih sedikit ketimbang yang tak naik sepeda.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, bersepeda bisa menurunkan aliran darah ke testis dan demikian produksi hormon berkurang.